29 Des 2008

Senang! Riang! Kerannya udah bener!

Senangnya hatiikuu... turun panas demamkuu... semua karna keran di rumahku udaahh beeeneeerr.... Nggak perlu repot2 nimba aer laagiii....!!

Yak, setelah berabad2, dan milenium demi milenium terlewati dg 2 keran bocor di kmr mandi umum dan depan rumah, yang membuat air menjadi sebuah issue di rumah gue, kini semua itu sirna sudah. Tuhan telah mengirimkan pertolongan melalui sepasang tangan tukang, ternayta....betapa mudahnya mengganti 2 comot keran itu! Tau gituu, dari dulu2 aja kali!

Dan ditambah lg dengan dibenerinnya gagang pintu depan dan pintu ke tempat jemuran, pheeww.. lega. Daaaann... masih ditambah bonus foto keluarga yang akhirnya terpajang manis di ruang tamu. Yeah! Satu tukang, 5 masalah terlampaui!

27 Des 2008

GO AWAAAYY!!

Nggak ada kata kasian lagi buat kalian! Berkeliaran nggak jelas juntrungannya di istana mungil gue... yg kecoa

bokernya betumpuk di toilet [nggak ada pujian utk itu! biarpun di toillet tetep lo gak berhak], beranak pinak nggak pake program...

Yg semut2

ngerubungin segala bentuk hak milik pribadi gue, segala aer putih lah lo semutin, sampe garem [!], sampe pipis gue juga.. toples udah kosong aja masiiiihh dirubung! Bodoh banget sih? Yang konsisten dong, jadi semut! Katanya suka manis?!?

Sori bgt, eh nggak sori deng, salah kalian sendiri kalo sampe gue akhiri riwayat hidupnya. Tapi yaa, sedikit sori kalo buat kecoa, karena dulu kalian termasuk satwa yang gue cagar alamkan. Udah ditebalikin jadi telentang sama mami aja di dapur dulu, diem2 suka gue balikin lagi ke posisi semula biar lo bisa kabur dg selamat. Dan apa yang gue terima sebagai balasannya??? Lo semua nebar2 e'ek di rumah gue!! Iiii... jijiiikk....

Meskipun melawan hati nurani, dan terkadang sambil nangis2 tiap gepruk para kecoa pake sapu [paling ga tega kalo kecoa yg lagi kawin tuh, dg posisi saling pantat2an], tapi ingatlah wahai para serangga....... semua ini kembali pada keputusan kalian sendiri. Kalo ga mau gue basmi, menyingkir jauh2 dari rumahku!

Dari sisi seorang ibu

Menulis blog ini, gue mulai dengan menarik napas dalam. Tidak terlalu panjang, tapi dalam. Dan ternyata tetap tidak mampu mengenyahkan sesak di dada ini. Setengah mati menahan genangan air di pelupuk mata ini agar tidak jatuh bercucuran, kumohon airmata, jangan jatuh... aku sedang di kantor, tidak mungkin aku menumpahkan segala sedihku di ruangan aquarium ini...


Memang benar, kita tidak pernah tau rasanya hingga kita punya anak, yang terlahir dari rahim kita sendiri. Dulu tiap kali mami ngelarang, ngasih perhatian, atau pun ngasih masukan ini itu... yang mana gue anggep seperti laler2 ijo rame2 berterbangan di seputar kepala gue (terjemahan: terasa ganggu banget!) lalu gue ngelawan, sok berargumen dengan segala kekeras kepalaan, dan keluarlah kalimat sakti seorang ibu, "Nanti kamu ngerasain sendiri kalo udah punya anak!"


Bagi gue saat itu, apalah artinya tu kalimat. Nggak mesti nunggu punya anak, gue bisa tau kok apa yang mami rasain. Segala kasih sayang, amarah, kekuatiran, dan harapan mami ke gue anaknya....... gue taulaahhh......!!

Nope! I was a total idiot til I'm in the exact position she pointed! Semua yang gue pikir gue udah tau kira2 rasanya, saat gue bener2 di posisi seorang ibu, gue baru tersadar bahwa empati terbaik yang bisa gue rasakan dulu jika dibandingkan dengan sekarang, ibarat tai lalat di dagu Rano Karno. Ya, gue pikir udah cukup besar, ternyata perbandingannya adalah......... bulan? Langit? Jagad raya? Gue speechless, nggak ada 1 perumpamaan pun yang bisa menggambarkan kedahsyatan kasih seorang bunda ke buah hatinya.


Bukan berharap kelak anak gue berani ngelawan, tapi terkadang sering terbersit berandai-andai. Gimana ya, kalo Kalum nanti berseberangan pendapat sama gue, lalu menyampaikannya dengan cara yang menyakitkan hati....? Naudzubillaah, baru ngebayangin aja, hati gue rasanya udah sakiiitt...beneran. Dan lagi2 gue mo nangis, nggak sanggup nahan sedih. Padahal itu baru seandainya........ Rasa yang nggak pernah gue pahamin sebelumnya, sebelum Kalum ada. Belum lagi kekuatiran gue yang luar biasa terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan Kalum. Ada miss sedikit aja, bisa bikin gue kalang kabut, hari hancur berantakan, semua orang kena semprot... dan jantung gue terus2an mo copot dari tempatnya, akan terus begitu hingga semuanya beres kembali. Hidup gue seketika menjadi Kalumcentered!


Kata2 sakti yang sering mami ucapin dulu ketika udah kewalahan menghadapi anak2nya, baru gue pahami sekarang.


Dan hati gue jadi lebih mudah tersentuh kalo udah berhubungan dengan bayi atau anak2. Tiap gue lihat sosok mereka, seakan gue lagi ngeliat anak gue sendiri. Kalo misal mereka jalan2 naik motor tanpa dibalut penghangat selayaknya, gue langsung kuatir, takut anak itu masuk angin. Kadang saat motor si gembul melintasi mereka, pengen rasanya gue negur orangtuanya utk masangin jaket ke anaknya, atau setidaknya dipeluk erat2, jangan dibiarkan menantang angin begitu. Kasihan, bu.... dia malaikat permata hati kita yang tercinta....


Suatu hari gue dapet kiriman email tentang "Ranjang Maut". Saat gue buka, gue terperangah! Di sana ada sesosok malaikat mungil yang....ya Tuhan..... mati lemas, karena kehabisan oksigen. Sepertinya dia mau turun dari ranjang dan terjepit di sela2 dipan, ah nggak perlu gue terusin detilnya, yang jelas saat itu gue langsung lari ke toilet, nangis sesunggukan, dan telpon Gembul buat melampiaskan emosi gue. Belum lagi kalo liat berita ibu buang bayinya di angkotlah, di jalanlah, di tempat sampahlah..... it's so out of my human senses and logics....



Mereka adalah anak2 hati gue, hanya garis takdir yang menentukan siapa yang terlahir dari rahim ini hingga mendapat prioritas lebih, dalam kasih sayang dan pemenuhan tanggungjawab.

2 hari lalu, Gembul kasih gue sebuah buku yang dia pinjem dari Teteh, "Sepotong Cinta di dalam Hati", dengan sub judul Renungan Seorang Ayah Mendampingi Anak Autis. Kalimat2nya yang tulus dan menyayat hati, dikombinasikan dengan rasa keibuan gue sekarang, membuat gue terus menerus bekerja keras untuk nggak menangis sepanjang membaca buku kecil ini.


Pikiran gue membayangkan sosok Tita, anak dari si penulis. Dan tentunya yang nggak bisa hati dan otak gue tolak........ pikiran ini melayang ke Almer........... Almer-ku..........'anak' pertamaku......... yang terlahir dari rahim kakak ipar gue, Biby. Yang hingga detik ini masih belum mampu berbicara layaknya kemampuan anak umur 2,5 tahun, yang seringkali menangis melolong sedih karena nggak mampu menyampaikan apa yg dia maksud, yang sinar mata malaikatnya membuat gue ingin mengorbankan apa pun di diri gue untuknya, yang kelakuan rusuhnya terkadang membuat geli sekaligus trenyuh, karena gue tau betapa dia haus akan perhatian sehingga kadang dilampiaskannya dengan beraksi ini itu untuk menarik perhatian kami......


Maafkan aku yang hanya bisa memelukmu, menciummu, mengajakmu berbicara, dan bermain sesempatku. Aku hanya bisa berdoa agar kondisimu tidak seburuk yang kami kira. Yaa Allah, lindungilah setiap titik sel dan darah keturunan2 kami dari segala keburukan. Love u all, anak2ku.. .Almer & Kalum, dan buah hati- buah hati yg belum terlahir...



24 Des 2008

Kenapa berjilbab setelah menikah???

Kenapa berjilbab setelah menikah??? Lengkapnya: Kenapa MENUNGGU menikah dulu baru berjilbab?

Awalnya gue berusaha keras membiarkan pertanyaan dangkal dari orang2 ini untuk sekian lama.

Satu persatu perempuan2 di sekitar gue menggunakan jilbab setelah hari pernikahan mereka, bahkan termasuk gue sendiri. Semakin lama semakin banyak, terutama di kantor. Dan pertanyaan pun makin deras mengalir, -yang ironisnya- paling banyak dilontarkan oleh sesama muslim sendiri, -yang tragisnya- terkadang bukan hanya berbentuk pertanyaan, melainkan ejekan, sindiran, maupun fitnah.

Oke, pada akhirnya gue nggak bisa lagi menahan rasa gerah gue untuk nggak menjelaskan panjang lebar, jika memang hal sesederhana ini tidak mampu kalian pahami, hai saudara2ku sesama muslim.

Betapa budaya menjatuhkan itu sangat dinikmati oleh masyarakat kita. Saat ada teman yang biasanya jarang sholat, lalu suatu hari terlihat sholat, maka teman-temannya dengan enteng berucap ”Tumben sholat?!”,Wah, udah sadar lo? Ada angin apa, nih?”, ”Naaa...gitu dooong!”, atau bahkan ”Alhamdulillaaah, lo akhirnya insap!”. Yang mana semua itu diucapkan dengan nada ejekan. Tidak sadar bahwa sepatah kata yang sepele bagi mereka, besar dampaknya dan dapat menjatuhkan semangat si teman untuk terus beribadah.

Memang, kalau mau ibadah ya ibadah aja, nggak usah hiraukan omongan miring orang. Tapi gue lagi bicara dari sisi kita yang melihat mereka menjalankan ibadah, bukankah lebih bijak kalo kita dukung mereka dengan cara yang nggak bikin mereka down? Kita ini saudara seiman, bukan? Dan betapa sombongnya kita melontarkan kalimat2 itu seolah ibadah kita sudah lebih baik darinya.

Budaya minus orang kita ini juga yang gue anggap ujian buat ketulusan gue berjilbab. Ditanya kenapa nunggu ’laku’ dulu baru nutup aurat seutuhnya, digosipin pake jilbab buat nutupin tekdung sebelum nikah, gue udah kenyaaangggg dg kalimat2 senada itu.....EEERRGH!! *sendawa kenceng2, kwaa kwaaa kwaaaa*

Manusia itu, disadari atau enggak, biasanya menunggu momen untuk melakukan sesuatu. Dengan adanya momen, terasa lebih ada motifasi untuk menuju apa yang ingin dilakukan.

Perhatiin aja, kebanyakan mereka yang tadinya nggak berjilbab dan akhirnya berjilbab, hampir pasti melakukannya setelah melalui momen tertentu. Entah itu di hari pertama tahun ajaran baru, hari pertama bulan puasa, hari setelah Lebaran (atau tepat di hari Lebarannya), hari pertama tahun baru (entah Masehi atau Hijriyah), setelah berulangtahun, setelah naik haji, atau setelah sah menjadi milik seorang lelaki muslim a.k.a menikah.

Kenapa? Bukannya ini sebuah kewajiban setelah baligh dan bisa dilakukan kapan saja?

Memang!

Tapi kalau lo punya pertanyaan itu, gue pun bisa tanya balik. Kenapa orang rame2 bikin resolusi tahun baru, dan mesti menunggu tepat tanggal 1 Januari untuk melaksanakan perubahan2 baik yang menjadi resolusinya itu? Kenapa tidak detik ini? Kenapa banyak orang menunggu Idul Fitri untuk bermaafan? Kenapa orang menunggu tanggal ulangtahun untuk memberikan kado? Kenapa orang menunggu hari Valentine (bagi yang merayakan) untuk mengungkapkan kasih sayang? Kenapa menunggu hari ibu untuk memberi perlakuan spesial untuknya? Kenapa?

Coba ingat2, pasti lo termasuk di salah satunya. Kalo bukan seperti yang gue sebut di atas, setidaknya dalam bentuk lain. Jadi, saat kalian mempertanyakan *entah dengan niat apa pun* tentang kami yang baru berjilbab setelah menikah, kalian sesungguhnya mempertanyakan prilaku kalian sendiri.

Manusia terkadang butuh momentum untuk memulai tindakannya. Tidak ada penjelasan logis, hanya memang begitu.

Dan inilah momentum kami. Pernikahan.

Di saat Tuhan menganugerahkan kami seorang lelaki beriman menjadi muhrim dan imam seumur hidup, maka ini salah satu bentuk rasa syukur pada Tuhan dan ’kado’ dari kami buat suami. Bahwa dengan jilbab ini kami ingin menyatakan bahwa ”seluruh jiwa raga ini seutuhnya hanya sah, halal, dan dipersembahkan untuknya” ......... terhitung sejak janji suci pernikahan terucap. *tidak berarti jilbab akan dilepas jika maut memisahkan hlow, krn tanggung jawab ini ke Tuhan*

Andai pun terlontar dari hati lo ”Iiih, kok jadi kaya’ tren gini, sih?”, kenapa terusik dengan tren yang baik, sedang tren yang buruk lo wajarkan, tidak pernah lo pertanyakan, bahkan tidak mengusik hati lo sama sekali? Seseorang berbuat suatu ibadah dan menginspirasi orang lainnya, kenapa justru dianggap fenomena yang aneh? Apa bedanya misal dengan seorang lelaki yang tadinya bejat dan akhirnya bertobat setelah berkeluarga, tadinya tidak pernah sholat, setelah berkeluarga baru mulai sholat? Apa karena jilbab ini ada wujudnya hingga lebih mudah untuk dituding?

Sebagai sesama muslim, beratkah untuk ikut merasa bahagia untuk saudaranya yang telah menjalankan kewajiban seorang muslimah? Bukankah lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali? Sedangkan Tuhan saja menghargai ibadah hambaNya, siapa kita hingga berhak mencibir?

Coba tanya lagi sama diri sendiri, jangan2 apa yang kita cibir itu juga kita lakukan, hanya bungkus perbuatannya saja yang berbeda... *_^

Semoga kita termasuk orang2 yang tidak menafikkan perlindungan Allah dari sifat merasa lebih baik dan berburuk sangka.

21 Des 2008

365

2 x 365 hari yang lalu, berdua kita berjalan menyusuri pusat Jakarta. Merayakan apa yang banyak orang sebut sebagai ‘satu tahunan’ :). Entah kenapa harus satu tahun yang dirayakan, sementara keriaan ini aku rasakan setiap hari, setiap detiknya, sejak hari pertama.

Kalau orang sering mengumpamakan rasa yang menggelitik ketika jatuh cinta itu dengan ‘ada kupu-kupu terbang di dalam dada’, yang aku rasakan adalah ‘kucing yang berlarian, berlompatan dan mengeong-ngeong tiada henti’. Dan semakin hari kucing-kucing itu semakin banyak, semakin riang… itulah surgaku, hatiku yang terus jatuh cinta kepadamu…


Hari ini adalah 365 hari kita yang ketiga. Hari jadi kita berpacaran :) Hari yang istimewa. Seistimewa hari ke-364, 363, 362, terus kebelakang. Seistimewa hari-hari kedepan…




Bahkan saat kamu begitu menyebalkan hingga dalam benakku ingin aku jitak keras2 jidat nong-nongmu…. Bahkan saat kau membuat air yang mahal dari mataku ini mengalir karena pertengkaran… Bahkan saat teriakan amarahmu membangunkan tetangga sebelah rumah… semua terasa sama indahnya dengan tanganmu yg mengacak usil rambutku, sama mendebarkannya dengan airmata kerinduanku, sama merdunya dengan bisikan suaramu yg mendesahkan satu delapan enam…..


Cintaku, apapun yg kau lakukan padaku, apapun yg kulakukan padamu, hanyalah warna warni yang kita kelir berdua untuk mendapatkan ponten yg sempurna dari Sang Maha Cinta ^_^


Ha, satu detik lagi berdetak…. Selamat yaaaa!!!!



16 Des 2008

AGAIN?!?


Masih tega nyiksa makhluk paling lucu sedunia ini lagi? Nggak puas ngebunuh yg udah2?? Ya Allaah, yang dengerin tu kucing nangis seharian bukan Wike, tapi orang2 yg ada di rumah. Lo mungkin berangkat pagi, pulang hampir larut malem. Nggak tau seberapa tersiksanya tu kucing dikurung seharian dalem kandang. Untel2 sama pipis dan kotorannya, kelaperan dan kehausan, nggak bisa bebas lari2an padahal dia masih kecil mungil, yang seharusnya masih asik maen lari2an bukannya terkungkung dlm penjara.
Dia nangis bener2 seharian, wikee... gue nggak kuat dengernya. Tapi gue harus belagak cuek dan nggak nyamperin, karena gue udah nggak bisa lagi deket2 kucing karena skrg udah ada Kalum. Gue nggak mau ntar ada penyakit yg numpang tenar sama gue trus pindah ke Kalum. Gue cinta kucing, tapi gue lebih cinta kucing gue (si Kalum pus meong krrr krrr...)

Dan lagi pula juga pun, gue nggak mau kaya' dulu2. Kalian semua cuma seneng punyanya, tapi yg pusing ngurusin cuma gue sendiri. Kalo sekali gue ngurus, gue takut attached dan akhirnya biar sebel2 tetep aja nggak bisa nggak ngurusin tu kucing krn udah terlanjur jatuh cinta. Selalu kaya' gitu, sekarang enggak enggak dan enggak!!!

Tapi, Tuhan, nggak kuat juga tiap hari liat wujudnya yg cantik dan lucu kaya buntelan kapas, denger tangisan bayinya, tau bahwa dia ada dan tersiksa tapi gue nggak berbuat apa2.... gue bahkan gak mau ngasih nama, biarpun cuma dalem hati.
Wikeee, pleeeassse.... kasihla kucing itu ke orang yg lebih qualified buat miara binatang. Yang punya halaman di rumahnya, yg punya banyak waktu utk ngajak main, yg punya banyak duit buat beli segala tetek bengeknya... Dia mahluk idup, bukan boneka yg bisa cuma dinikmatin kelucuannya tanpa dipenuhi nafkah lahir batin woooyy!!!
hhh.....

15 Des 2008

It's a brand new Bibik


Sungguh nggak enak memecat orang. Dan gue nggak pernah nyangka akan berada pada posisi itu, berhubung jabatan gue toh nggak pernah sampai taraf bos di kantor. Lupa kalau di rumah gue sekarang sudah menggunakan jasa seseorang untuk bantu2 beresin rumah. Yah, meski pun gue pribadi nggak suka menyebut diri gue 'majikan', tapi kenyataannya memang gue berada di posisi itu. Yang artinya, gue memiliki otoritas untuk memberi tugas, mengarahkan, dan tentunya... memecat :(

Lucu sebenarnya, hak2 lain seperti memberi tugas dan mengarahkan, hampir nggak bisa gue rasakan selama memekerjakan dia. Soalnya, si mbak yang satu ini lumayan menggemaskan sifatnya >_<>nggak suka kalo disuruh2. Busyeeett...!! Kalo gitu kenapa nggak ngelamar lowongan laen aja mbak, jadi direktur mungkin? Dan alesannya tuh ternyata karena dia sebel, temen2nya sukses semua. Ada yang jadi pengacara, ada yang jadi PNS, dll, cuma dia doang yg jadi PRT. Lah.....salah gue...??? Padahal, didikan keluarga gue tuh kita nggak boleh maen asal suruh sama PRT. Kalo nggak bener2 terpaksa dan darurat, usahakan kerjain sendiri, jangan nambah beban kerja di luar job desc. Bahkan kalo perlu kerjaan dia kita ringankan. Trus kalo pun mesti minta tolong, harus pake tata krama, penuh penghargaan terhadap sesama manusia. Jangan pernah anggap mereka seperti pembantu, tapi lebih seperti saudara sendiri. Dan buah dari pendidikan yang luhur ini adalah...... para pembantu yang ngelunjak! HOREEEEE!!! :( Tiap kali si mbak lagi kumat kurang ajarnya, duuhh, pengenn rasanya mecat dia di tempat saat itu juga!! Tapi yang bisa gue lakukan pada akhirnyaaa...cuma narik napas dalam2, berharap kesabaran gue dipanjangkan.

Berdasarkan itulah, maka, diputuskan dengan suara bulat lat lat (dengan responden terdiri dari: hati gue, pikiran gue, napsu gue, dan sisi gelap dari diri gue) bahwa mbakyu yang menggemaskan ini dengan segala rasa hormat, harus diberhentikan secara sangat terhormat. Tapi........oh-oh..... ternyata nggak semudah yang dibayangkan.... gue spe
cchless saat harus memilih kata2, dan memandang matanya yang menatap nampak berusaha terlihat biasa. Tuhan, sesungguhnya gue nggak sampai hati memutus tali rezeki manusia di hadapan gue ini, tapi gimana? PRT yang baru sudah dikirim dari Martapura, PRT yang bisa nginep dan semoga makin memudahkan gue dalam beraktivitas, bukannya malah bikin makin pusing.

Mbaaak...mbaak.... seandainya aja sifatmu nggak selucu ituu... sudah lama mbak yang aku pinang untuk jadi PRT yang nginep di rumah. Yaahh, apa mau
dikata, diri kita sendiri juga yang menentukan nasib kita.

Semoga bibik yang baru ini
lebih tau diri, bisa saling menghargai, tulus, dan nggak perhitungan dalam bekerja. Semoga gue panjang jodoh sama beliau, amin... *kaya doa buat rumahtangga giniii gueh*

...dan Diah pun menikah :' )


Bisa dibilang, gue termasuk orang yg paling tau sejarah percintaan Diah, sejak pertama masuk Metro, keluar Metro, sampe masuk lagi dg jalan yang mendaki dan berliku, halah! Dari curhatannya tentang cowok yg lagi deket tapi status nggak pernah diperjelas, akhirnya kepincut sama anak switcher yg diaku-aku mirip kakak kelasnya dulu, akhirnya pacaran, nempel terus di kantor sampe jadi pasangan yg paling melegenda seMetro, gak direstuin orangtua, kakak adek, tetangga dan pembantu, dan akhirnya..... singkat cerita (males nyeritain detilnya, nggak menarik kok, sodara2) ternyata Tuhan kasian juga sama makhluk yang mirip2 dodol ini... dan Diah pun menikah di tanggal 14 Desember 2008. Tanggal yang sama percis sama tanggal pernikahan cowok yang nggak jelas statusnya di awal masuk Metro dulu, sungguh berjodoh kalian, jodoh tanggalnya maksudnya... kawinnya masing2 sama orang laen :P iyalaah, masa mo joint partner??

Dan sebagai orang2 yg selalu kelaparan dan norak sama makanan yg beda sama kafe Metro, serta haus akan hiburan, berbondong2lah anak graphic menyerbu pesta pernikahan Diah. Nyaris lupa sama inti acara itu sendiri dan tuan rumahnya, seru sendiri sama kamera yg segambreng. Yahhh... keluarga besar graphixity, sekarang bertambah besar lagi dengan bergabungnya Ari (kita anggep sodara tiri jauh aja ya, Ri). Semoga segera diramaikan lagi dengan junior yang tergress dari kalian berdua...^_^




info wedding Diah & Ari yg gue bikin, ciyeee....




















manusia2 gak tau diri yg asik jepret sana-sini, bikin pesta di dalam pesta!!





















formalitas...foto bersama pengantin.
penganten dah kaya bunglon, nyaru sama begron....

5 Des 2008

You're soo...%#&@!!

Hebat. Bagaimana kebersamaan bisa membuat orang saling mengadaptasi sifat satu sama lain. Bahkan kadang jadi bertukar kepribadian. Di saat aku berjuang belajar mengenyahkan sifat sarkastik dan berusaha keras menghindari gaya bicara yg sinis, terutama saat kita lagi bertengkar, di saat itu pula kamu dengan sukses mengadopsi sifat itu.

Aku hanya ingin membiarkan rasa marah kita berlalu. Sakit karena kata2mu ini mungkin akan sembuh, seperti biasanya, betapapun terlukanya saat ditorehkan, tapi pada akhirnya yg kuinginkan hanya memelukmu. Kenapa rasa untuk kamu ini begitu besarnya, hingga semarah apapun aku, aku tidak bisa tidak merindukanmu? Dan satu lapan enam yg tertulis seakan secara formalitas itu, yg kadang terucap kasar itu, sesungguhnya tidak mengurangi makna aslinya sedikitpun.

Satu lapan enam.

2 Des 2008

Selamat datang kembali teman-temanku :)



Setelah Purie yang tadinya magang berabad2 yg lampau dan akhirnya jadi karyawan di graphic beberapa mingu yang lalu, hari ini diah yang udah keluar 8 bulan lalu masuk lagi ke ruangan yang apek ini.. makin apek deeehh, hihihi...
okelah girls! mari kita menggila!!

Kalum



Kenapa ‘Kalum’? Jawaban sederhananya karena gue jatuh cinta sama bagaimana nama itu terdengar saat diucapkan….”Kalum…”.

Gue cinta sama nama yang mengandung huruf ‘U’, terutama kalau huruf itu terletak di suku kata terakhir. Terdengar keren, unik, dan lebih Asia.

Begitu tau arti dari nama itu adalah ‘merpati’, senyum gue makin melebar. Wooww…sempurna!! Merpati adalah simbol dari 2 hal yang paling gue cintai di dunia; kesetiaan dan perdamaian. Dan sebagai penggila romantisme kehidupan, bukankah merpati mewakili satwa dalam dunia seni? Sebagaimana gue mengagumi hal-hal yang spesial lainnya karena beraroma romantis. Kereta api, pantai, warna jingga pada senja hari, sampan kayu kecil, hujan, riak air, bulan sabit, musim gugur, ujung pena….maka merpati di mata gue mewakili genrenya, satwa yang puitis.

Tapi andai pun nggak ada semua makna itu yang mengiringi nama ini, sebenarnya nggak akan mempengaruhi apa-apa. Gue akan tetap suka, gue akan tetap menerakannya di akte kelahiran sang malaikat kecil, dengan catatan tidak berkonotasi negatif.

Dan berhubung Kalum adalah anak lelaki pertama dari suami gue, dan suami gue anak lelaki pertama dari bokapnya, so... dialah sang penerus pertama, pembawa nama keluarga pertama, yang menarik garis lurus tepat ke namanya di atas papan silsilah. Jadi gue abadikan nama para lelaki utama di keluarga Kalum. Nama papahnya Mbul, nama papinya gue, dan nama belakang si gembul (Asmara). Maka dialah Y****r Kalum Asmara.